Senin, 25 Juli 2011

Rahasia membangun piramida Fir'aun terdapat didalm Al-Qur'an.

 
SUBHANALLAH,, rahasia membangun piramida Fir'aun terdapat didalm Al-Qur'an.
Sejak lama para ilmuwan bingung bagaimana cara sebuah piramida dibangun. Hal ini karena teknologi mengangkat batu-batu besar yang bisa mencapai ribuan kilogram ke puncak-puncak bangunan belum ditemukan di zamannya. Apa rahasia di balik pembangunan piramida ini? Dalam edisi tanggal 1 Desember 2006, Koran Amerika Times menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun piramida! Menurut penelitian tersebut disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat piramida adalah tanah liat yang dipanaskan hingga membentuk batu keras yang sulit dibedakan dengan batu aslinya. 
 
Para ilmuwan mengatakan bahwa Firaun mahir dalam ilmu kimia dalam mengelola tanah liat hingga menjadi batu. Dan teknik tersebut menjadi hal yang sangat rahasia jika dilihat dari kodifikasi nomor di batu yang mereka tinggalkan. Profesor Gilles Hug, dan Michel Profesor Barsoum menegaskan bahwa Piramida yang paling besar di Giza, terbuat dari dua jenis batu: batu alam dan batu- batu yang dibuat secara manual alias olahan tanah liat. Dan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh majalah “Journal of American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan jenis tanah slurry untuk membangun monumen yang tinggi, termasuk piramida. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram. Sementara untuk dasarnya, Firaun menggunakan batu alam. Piramida, dan lumpur yang sudahdiolah menurut ukuran yang diinginkan dibakar untuk diletakkan di tempat yang paling tinggi. Lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur di tungku perapian yang dipanaskan dengan uap air garam dan berhasil membuat uap air sehingga membentuk campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan dalam tempat yang disediakan di dinding piramida. Profesor Davidovits telah mengambil batu piramida yang terbesar untuk dilakukan analisis
dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut dan menemukan jejak reaksi cepat yang menegaskan bahwa batu terbuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu membedakan antara batu alam dan batu buatan. Dengan metode pembuatan batu besar melalui cara ini, sang profesor membutuhkan waktu sepuluh hari hingga mirip dengan batu aslinya. Sebelumnya, seorang ilmuwan Belgia, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari rahasia di balik pembuatan batu besar di puncak-puncak piramida. Ia pun berkata,“Setelah bertahun-tahun melakukan riset
dan studi, sekarang saya baru yakin bahwa piramida yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.”
 
Selama ini, ilmuwan hanya mempunyai jawaban yang fiktif soal cara membangun piramida Firaun. Bagaimana mengangkat batu-batu besar yang jumlahnya mencapai 2,8 juta batu. Waktu itu, mereka menyatakan secara fiktif bahwa orang Mesir kuno memiliki kemampuan mengangkat jutaan batu yang beratnya sekitar lima atau enam ribu kilogram! Penemuan oleh Profesor Prancis Joseph Davidovits soal batu-batu piramida yang ternyata terbuat dari olahan lumpur ini memakan waktu sekitar dua puluh tahun. Sebuah penelitian yang luas tentang piramida Bosnia,
"Piramida Matahari" dan menjelaskan bahwa batu-batunya terbuat dari tanah liat! Ini menegaskan bahwa metode ini tersebar luas di masa lalu. (Gambar dari batu piramida). Sebuah gambar yang digunakan dalam casting batu-batu kuno piramida matahari mengalir di Bosnia, dan kebenaran ilmiahmengatakan bahwa sangat jelas bahwa metode tertentu pada pengecoran batu berasal dari tanah liat telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dalam peradaban yang berbeda baik Rumania atau Firaun! Alquran Ternyata Lebih Dulu Punya Jawaban Jika dipahami lebih dalam, ternyata Alquran telah mengungkapkan hal ini dari beberapa ayat-ayat yang Allah firmankan. Antara lain                                                                                                                                                                                                                                                                                   ﻭﻗﺎﻝ ﻓﺮﻋﻮﻥ ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻤﻠﺄ ﻣﺎ ﻋﻠﻤﺖ ﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺇﻟﻪ ﻏﻴﺮﻱ ﻓﺄﻭﻗﺪ ﻟﻲ ﻳﺎ ﻫﺎﻣﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﻴﻦﻓﺎﺟﻌﻞ ﻟﻲ ﺻﺮﺣﺎ ﻟﻌﻠﻲ ﺃﻃﻠﻊ ﺇﻟﻰﺇﻟﻪ ﻣﻮﺳﻰ ﻭﺇﻧﻲ ﻟﺄﻇﻨﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺎﺫﺑﻴﻦ
“Dan berkata Fir'aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat
naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-
orang pendusta." (Al-Qashash:38)

Laurence Brown, seorang atheis yang mendapat Hidayah

Musim dingin 1990, putri kedua Laurence Brown lahir. Tapi putrinya mengalami gangguan kesehatan yg serius, terjadi penyempitan dilengkungan pembuluh darah aortanya, sehingga peredaran darah bayinya tidak lancar. Brown menyaksikan bagaimana tubuh puteri mungilnya membiru dari bagian dada sampai ujung kaki dan harus dirawat di ruang perawatan intensif untuk bayi yg baru lahir.

Sebagai seorang dokter bedah, Brown sangat paham tindakan medis apa yang akan dilakukan dokter terhadap putrinya. Tak ada jalan lain selain melakukan pembedahan darurat dibagian dada, meski tindakan medis itu tidak memberikan peluang besar bagi puterinya untuk bertahan hidup.
Ketika konsultan ahli bedah kardio-toraks yg akan menangani putrinya datang, perasaan Brown bercampur aduk antara sedih dan takut.
"Tidak ada teman kecuali rasa takut, dan tidak ada tempat untuk berbagi kesedihan sementara saya menunggu hasil pemeriksaan konsultan itu. Saya lalu pergi ke ruangan tempat berdoa di rumah sakit dan duduk bersimpuh, ujar Brown menceritakan kekalutan hatinya saat itu. Ia mengakui, itulah kali pertama dalam hidupnya ia berdoa dengan tulus dan sungguh-sungguh. "Sebagai seorang atheis, saat itulah pertama kalinya saya, dengan setengah hati, mengakui Tuhan. Saya katakan setengah hati, bahkan dalam situasi panik itu, saya tidak sepenuhnya meyakini Tuhan. Saya cuma berdoa dengan sikap skeptis. Tuhan, jika Tuhan itu memang ada, Tuhan akan menyelamatkan putri saya, saya berjanji akan mencari dan mengikuti agama yang paling menyenangkan hati-Nya," tuturBrown.

Sekitar 10 sampai 15 menit kemudian, Brown kembali ke ruang perawatan intensif putrinya dan sangat kaget mendengar penjelasan konsultan bedah yang mengatakan bahwa putrinya akan baik-baik saja.Perkataan konsultan itu terbukti, dalam waktu dua hari, kondisi bayi perempuan Brown menunjukkan kemajuan tanpa harus diberi obat-obatan dan menjalani pembedahan. Bayi perempuan Brown yang diberi nama Hannah itu selanjutnya tumbuh dengan normal seperti anak-anak lainnya.

Setelah putrinya dinyatakan sehat, sekarang giliran Brown yang harus memenuhi janjinya di depan Tuhan, saat ia berdoa memohon keselamatan Hannah. Ia mengatakan, sebagai seorang atheis, mudah bagi Brown untuk membangun kembali ketidakpercayaannya akan eksistensi Tuhan, dan menyerahkan pemulihan putrinya pada dokter dan bukan pada Tuhan. Tapi Brown tidak melakukan itu. "Dalam perjanjian itu, Tuhan sudah menunjukkan kebaikannya, dan saya merasa juga harus melakukan hal yang sama. Tuhan sudah mengabulkan doa saya," tukas Brown.
 
Selama beberapa tahun Brown berusaha memenuhi "perjanjian"nya dengan Tuhan.Tapi ia merasa gagal menemukan agama ingin ia peluk. Brown mempelajari Yudaisme, beragam aliran Kristen, tapi tidak pernah merasa bahwa ia telah menemukan kebenaran. "Selama beberapa waktu, saya mendatangi berbagai gereja aliran Kristen.Yang paling lama, saya ikut jamaah gereja Katolik Roma, tapi saya tidak pernah secara resmi memeluk agama itu," tutur Brown.Ia mengaku tidak pernah bisa memilih agama Kristen karena alasan sederhana; ia tidak bisa menemukan kesesesuaian ajaran alkitab tentang Yesus dengan ajaran dari berbagai sekte Kristen lainnya. Karena tak menemukan agama yang sesuai dengan hatinya, Brown akhirnya memilih berdiam diri di rumah dan banyak membaca. Di masa- masa itulah, Brown mengenal Al-Quran dan buku biografi Nabi Muhammad Saw. yang ditulis oleh Martin Lings, berjudul "Muhammad, His Life Based on Earliest Sources". Dari Al-Quran yang dibacanya, Brown menemukan bahwa kitab suci umat Islam itu mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya satu, dan nabi-nabi seperti Nabi Musa dan Yesus (Nabi Isa) juga mengajarkan tentang keesaan Tuhan. Sebuah konsep berbeda yang pernah ia tahu dalam ajaran agama Yudaisme dan Kristen yang pernah dipelajarinya bertahun-tahun.Setelah membaca buku biografi Nabi Muhammad Saw. Brown juga mulai meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir. "Tiba-tiba saja semuanya seperti masuk akal, seiring dengan keyakinan yang tumbuh itu. Kontinuitas rantai kenabian,
turunnya wahyu, hanya satu Tuhan yang Mahabesar, dan lengkapnya wahyu-wahyu Allah dalam Al-Quran, tiba-tiba menimbulkan rasa yang sempurna. Inilah yang membuat saya kemudian menjadi seorang Muslim," papar Brown.

Sampai sekarang, sudah 10 tahun Laurence Brown menjadi seorang muslim. Selama itu, ia belajar satu hal, bahwa "Di luar sana banyak orang yang lebih cerdas dan pandai dibandingkan dirinya, tapi
orang-orang itu tidak mampu mengetahui kebenaran Islam," ujar Brown. "Yang terpenting bukan seberapa pintar seseorang, tapi sebuah pencerahan seperti yang ditegaskan Allah bahwa mereka yang percaya agama Allah, tetap akan tidak percaya, meski jika diberi peringatan akan dosa jika menolak keberadaan Allah. Jika
demikian, Allah juga akan mengabaikan mereka