Rabu, 14 Maret 2012

KECEWA

Kecewa

Kekecewaan senang sekali mengakali hati. Semua berjalan seakan normal saja, padahal ada bara kecil di sudut hati yang luka. Tertutup kata dan ekspresi wajah. Tersimpan dalam rimbun basa basi. Namun itulah api dalam sekam, lambat tapi pasti terus membakar  tak terdeteksi.   Hanya menunggu waktu. Menunggu pemicu.  Dan tiba-tiba api akan melahap mangsa. Menghanguskan.
Menjadi tugas berat bagi hati untuk membersihkan diri.  Karna masih dipahami, hati harus selalu bersih. Selalu bersih tak ternoda. Suka maupun tidak, seperti itu seharusnya.  Hati yang bersih tertata. Tak terusaki. Tak terasuki.  Sempurna bersihnya. Dan jaminannya surga.  Wow..! Itulah rahasianya, saat Rasulullah memberi tahu, ada seorang ahli surga dari kalangan sahabat. Bukan sahabat besar sekaliber Abu Bakar RA maupun Umar RA. Ia hanya seorang sahabat biasa, kawula cilik, bahkan namanyapun tak disebut-sebut.  Tapi prestasinya dahsyat. Ahli surga. Dan sekali lagi, rahasianya : di hatinya.
Kembali tentang kekecewaan.  Mencoba mengenalinya. Menyibak sedikit rahasianya. Menurut  KBBI makna kecewa adalah kecil hati. Tak puas. Atau tidak senang. Biasanya karna tak terkabulnya keinginan dan harapan.  Atau sesuatu yang buruk  atau yang tak disukai menimpanya lantaran sikap orang lain. Bisa jadi sebuah kondisi yang tidak kondusif dimana ia berada di dalamnya. Sebuah dinamika jiwa yang menggelora. Sepertinya biasa saja. Dialami semua orang.  Namun tak semua orang memahaminya. Tak setiap kita mampu mengelolanya.  Apalagi jika masuk ke ranah hati. Akan semakin rumit masalahnya dan semakin dahsyat dampaknya.  Seperti juga semua masalah hati. Bermula noda kecil saja. Namun mampu merusak wilayah luas tak bertepi.  Karna noda(nila) setitik rusak susu sebelanga.  Bisa jadi kekecewaan yang timbul karna masalah kecil yang sepele.  Meninggalkan kekecewaan yang jinak. Tapi karena tidak mendapat perlakuan yang benar  maka berubah menjadi kekecewaan yang ganas.  Merasuk. Merusak. Dan pelampiasan nafsu kecewa yang bekerja dalam jiwa sungguh mengerikan.
Keadaan mengerikan itu bermula dari sebuah pertarungan di dalam diri.  Kekecewaan yang membuncah. Dan hawa nafsu yang menyergap.  Menyergah. Meletup-letup. Menarik-narik. Menggoyang-goyang. Mendorong-dorong.  Membisik-bisik. Mengiming-iming.  Dalam situasi seperti itu ego menjadi sangat berkuasa. Menjadi penguasa tunggal nan perkasa. Mengalahkan logika. Memendam rasa. Dan tampillah ia dengan senyum manis beracun dan wajah ramah dewa penghancur.  Dan itu tak kalah dahsyat dengan Merapi saat meletus.   Maka ketika kawah kecewa  menganga lebar.  Akan tumpah ruahlah lahar amarah dengan daya hancur tak terperi.  Wedus gembel mengepung bersama angin panas membakar logika. Dan debu dendam menebar  menutup akal sehat.   Sungguh berbahaya. Betapa rasa kecewa mampu membangkitkan dendam kesumat.  Menghidupkan energy perusak.  Mengalahkan  nilai-nilai mulia. Dan yang akan terjadi adalah kehancuran.  Binasa.
Mengapa mesti kecewa. Pertanyaan ini harus diajukan sebelum kita benar-benar kecewa.  Dan sebelum magma amarah meletus seperti Merapi yang dahsyat itu menebar bencana.  Akan sangat elok jika kita mampu mengantisipasi dengan mengenali sebab-sebabnya.  Maksudnya adalah agar kita tidak  menghancurkan diri sendiri dan menebar kerugian pada orang lain lantaran rasa kecewa yang lost control. Berarti ada dua kata kunci, pertama control diri atau manajemen hati. Dan kedua, mengenali struktur lengkap anatomi kecewa agar bisa mengantisipasi bahayanya.
Apapun sebabnya, kekecewaan tetap harus disikapi dengan benar dan tepat. Terlalu banyak sebab yang membuat seseorang kecewa.  Bahkan sangat mungkin disulut masalah yang sangat sederhana.  Seseorang yang memiliki cita rasa tinggi (perfeks) akan mudah kecewa.  Seringkali menuntut kesempurnaan yang tak realistis. Terlalu banyak masalah yang dihadapi bisa juga menjadi sebabnya. Gak sabaran dan ingin cepat  selesai melakukan sesuatu bisa juga penyebab lainnya.  Dikecewakan orang lain.  Atau dikecewakan diri sendiri. Artinya, kecewa bisa disebabkan diri sendiri ataupun orang lain. Meminimalisir rasa kecewa berarti juga mengenali diri sendiri dan orang lain. Bahwa masing-masing kita punya keterbatasan. Kelemahan. Kekurangan. Kesalahan. Jika kita yang melakukan itu, tak perlu terlalu menyalahkan diri sendiri.  Cukup tumbuhkan kesadaran , bahwa diri memang perlu terus belajar. Dan jika orang lain yang melakukan pahami bahwa ia-pun punya kekurangan. Maklumi. Ingatkan. Maafkan.  Jangan beri celah si kecewa mendarat di pelataran jiwa kita. Biarkan dia tetap ada di awang-awang. Akan terbang dibawa angin malam. Hilang di kegelapan. Atau menguap di angkasa. Dan berubah menjadi embun yang menyejukkan.  Asik banget  jika bisa melakukan semua itu.  Menahan diri. Menahan kata. Husnu dzon. Lapang dada. Berpikir positif.  Sederhana sebenarnya, namun berat untuk dilaksanakan.  Tapi tetap harus dicoba, karna jika tak bisa akan fatal akibatnya. Na'udzu billah min dzalik...
Subang , (ahir) Oktober 2010
Saat kecewa
Karna masih kecewa
Kala hadapi diri sendiri
Dan orang lain


Tidak ada komentar: